Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" Matius 6:19-24
Apabila kita berbicara
mengenai ekonomi dunia, maka tidak akan luput dari hal-hal yang berkaitan
dengan mamon, dan mamon itu memang perlu tetapi itu bukan hal yang utama bagi
umat Tuhan, sebab yang utama adalah mengabdi kepada Allah yang merupakan
satu-satunya tumpuhan dalam kehidupan kita. Lalu bagaimana kita hidup dalam
dunia ini tetap diberkati oleh Tuhan yaitu dalam hal ekonomi (mamon), tetapi
kita tetap mengabdi kepada Tuhan ? Kita harus masuk dalam siklus tabur-tuai
yang berorientasi pada kekekalan.
Saya pinjam kesaksian Pdt. Abraham Alex T. Ketika tahun 1965, mulai bertobat, dan saat itu masih berdomisili di kota Mojokerto. Sejak awal pertobatan, mulai menanam dari hasil usahanya yaitu jual beli mobil. Dan modal yang digunakan untuk usaha tersebut merupakan pemberian orang tuanya (gambaran iman yaitu sesuatu yang tidak ada menjadi ada). Singkat cerita; apa yang telah ia tanam telah tumbuh 14 cabang gereja. Kemudian, suatu saat harus meninggalkan kota Mojokerto untuk pindah ke Surabaya, dan 14 cabang yang sudah bertumbuh itu beliau serahkan kepada hamba-hamba Tuhan yang ada di pedesaan.
Setelah di Surabaya, beliau
menuai Bethany Manyar, kemudian beliau menabur lagi, sampai berdiri kurang
lebih delapan ratus cabang di seluruh Indonesia, kemudian beliau menuai Bethany
Nginden. Tetapi beliau tidak berhenti disitu saja, karena beliau harus tetap
menabur yaitu untuk terlaksananya Menara Doa Jakarta. Saudara, dari kesaksian
ini kita dapat melihat bagaimana urutan hukum ekonomi kerajaan Allah, dan hukum
menabur ini tidak ada batasan umur (sampai akhir hidup kita), sebab esensi
daripada menabur ini adalah kita sedang investasi dalam kerajaan sorga.
Memang dalam hal menabur itu
tidak gampang, sebab kadang-kadang kita harus sedikit menderita dan mencucurkan
air mata. Namun perlu kita ingat bahwa penderitaan yang kita alami tidak akan
sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan nanti, karena firman Tuhan juga
berkata : “Orang-orang
yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang
dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mazmur 126:5-6).” Bahkan akibat dari menabur ini telah digambarkan
seperti orang yang sedang bermimpi, dimana mulut kita penuh dengan tertawa, dan
lidah kita dengan sorak-sorai, seperti yang tertulis dalam Mazmur 126:1-3 “ . . Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion,
keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh
dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah
orang di antara bangsa-bangsa : TUHAN telah melakukan perkara besar kepada
orang-orang ini! TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita
bersukacita.”
Ada beberapa hal yang harus
kita mengerti dalam hal menabur :
1. Benih
Yang Ditanam Harus Mati.
Dalam pengertian bahwa segala
sesuatu yang sudah kita tabur baik untuk orang yang membutuhkan pertolongan
maupun untuk pekerjaan Tuhan tidak kita ingat-ingat lagi (diungkit-ungkit),
sebab kalau tidak demikian maka apa yang kita tabur akan sia-sia, seperti yang
terulis dalam Yohanes 12:24 “ . . . Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke
dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah.”
Atau seperti yang tertulis dalam I Korintus 15:36.
2. Tetap Melakukannya Dengan
Sungguh-sungguh.
Kata sungguh-sungguh disini
mengandung unsur ketekunan, dimana tidak ada sesuatu hal yang dapat menghalangi
kita untuk berhenti menabur, karena hal ini merupakan siklus daripada
kehidupan, seperti yang tertulis dalam II Timotius 2:6-7 : “Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang
pertama menikmati hasil usahanya. Perhatikanlah apa yang kukatakan; Tuhan akan
memberi kepadamu pengertian dalam segala sesuatu.”
3. Jenis Benih Yang Kita
Tabur
Segala sesuatu yang kita
tabur harus berdampak pada sesuatu yang kekal karena apa yang ditabur, itulah
yang akan dituai, seperti yang tertulis dalam Galatia 6:7-8 “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari
dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang
kekal dari Roh itu.
4. Ukuran panen
Besar atau kecilnya hasil
yang kita terima tergantung seberapa besar benih yang kita tanam serta kerelaan
hati saat menabur, sebab firman Tuhan berkata : “. . . Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit
juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati
atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu
senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam
pelbagai kebajikan”
(II Korintus 9:6-8).
5. Menabur Di Tanah Yang Baik
Saat kita menabur, kita tidak
boleh sembarangan menabur, tetapi biarlah kita menabur pada tanah yang subur
(Matius 13:8).
6. Sabar Menanti Musim Menuai
Saudara kita harus sabar,
sebab saat kita menanam benih, maka kita harus menyirami, kemudian diberi pupuk
sampai tumbuh sebuah tunas, tetapi ketika tumbuh tunas, maka kita tidak boleh
menarik-narik supaya cepat tinggi dan berbuah, karena segala sesuatu ada
waktunya. Demikianlah firman Tuhan berkata : “ . . . seumpama orang yang menaburkan benih di tanah,
lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu
mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak
diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula
tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir
itu. (Markus 4:26-29)
7. Menjaga Kekristenan
Ulangan 28:1 "Jika
engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia
segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN,
Allahmu, akan `mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi.”
Saudara, jika seseorang
menabur di tempat yang baik, maka apa yang ditabur akan tumbuh semakin hari
semakin bagus, tetapi apabila suatu saat orang tersebut tidak menjaga tanaman
yang sudah bertumbuh itu, maka apa yang mereka tanam menjadi busuk/rusak yang
disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Misalnya : pada awalnya seseorang menabur
dengan tekun, sehingga diberkati Tuhan secara luar biasa, lalu ia mulai
coba-coba tidak menjaga tanamannya (Kekristenan) dengan cara berselingkuh atau
tindakan lain yang bertentangan dengan kehendak Tuhan maka tanaman itu akan
rusak (busuk).
8. Menerima Hasil Tuaian
Pasti akan menuai secara luar
biasa oleh karena turut campur tangan Tuhan (Kejadian 26:12)
9. Berdoa senantiasa
Kita senantiasa bergantung
kepada Tuhan karena yang memberi pertumbuhan atas segala yang kita tanam adalah
Tuhan (I Korintus 3:6-7).
AMIN