Yohanes 5:19-29
Penyembuhan orang lumpuh di kolam Betesda berakhir pada kemarahan para
pemuka Yahudi. Pertama, karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat.
Ini berlawanan dengan hukum Sabat. Kedua, karena Yesus menyamakan
diri-Nya dengan Allah (Yoh 5:18).
Yesus menjelaskan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang Dia lakukan adalah
pekerjaan Bapa (19), yang diajarkan Bapa kepada-Nya karena Bapa
mengasihi Dia (20). Jadi semua pekerjaan itu bukan datang dari diri-Nya
sendiri melainkan karena Ia tunduk dan tergantung kepada Bapa. Jadi
Yesus menerima otoritas dari Bapa, belajar dari Bapa, guna melakukan
kehendak Bapa. Penyembuhan si lumpuh sebenarnya merupakan penyataan
kecil saja dari kuasa-Nya, akan ada pekerjaan yang lebih ajaib yang akan
ditunjukkan Bapa kepada Anak.
Sama seperti Bapa, Anak juga berkuasa memberi hidup (21), tetapi Bapa
menyerahkan kuasa untuk menghakimi kepada Anak (22, 27). Alasan
pendelegasian ini adalah supaya semua orang menghormati Anak sama
seperti menghormati Bapa. Karena itu kegagalan untuk menghormati Sang
Anak berarti gagal menghormati Bapa. Sebaliknya, orang yang menghormati
Anak berarti menghormati Bapa. Berarti, orang yang menolak ke-Tuhan-an
Yesus berarti menolak Bapa.
Pengajaran yang tidak mengakui Yesus sebagai Anak Allah masih terus
beredar hingga kini, Yesus hanya dipandang sebagai manusia yang memiliki
kesalehan tinggi. Itu berarti mereka tidak menghormati Bapa sama
sekali. Orang-orang yang tidak mau mendengar perkataan Yesus dan percaya
kepada Bapa yang mengutus Yesus, yaitu mereka yang berbuat jahat,
niscaya akan menerima hukuman kekal (29). Sebaliknya, mereka yang
percaya kepada Yesus dan melakukan perbuatan baik, niscaya tidak akan
mendapat hukuman melainkan menerima kehidupan kekal.
Kita harus bersikap kritis terhadap ajaran-ajaran palsu yang menolak
ke-Tuhan-an Yesus dan tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah.
Tularkan juga kekritisan itu kepada sesama umat.